MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan
........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat
Manusia Sebagai Makhluk Budaya..................................... 3
B. Apresiasi
Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan......................... 5
C. Etika
dan Estetika Budaya............................................................... 6
D. Memanusiakan
Manusia Melalui Pemahaman Konsep
Dasar Manusia
............................................................................... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
.......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah
oleh Allah SWT berupa akal dan nafsu, akal dan nafsu inilah yang mendorong
manusia untuk menciptakan sesuatu yang dapat mewujudkan cita-cita atau
penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia telah menciptakan
sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga sejak saat itu
kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni juga
telah mempengaruhi peradapan manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang
budaya.
Dalam
kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas
pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas
tersebut kegiatan yangmelibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan
tersendiri. Pada umumnya kegiatan yangterjadi dalam kalangan suatu suku atau
etnis merupakan warisan turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka.
Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau
dianggapsuci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.
Kegiatan-kegiatan
yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral tersebut biasa
kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa
aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis.Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki
keistimewaan sendiri.
Manusia
sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya diIndonesia
merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, karena
itu manusia adalah mahluk budaya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Hakikat
manusia sebagai makhluk budaya
2. Apresiasi
terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
3. Etika
dan estetika berbudaya
4. Memanusiakan
manusia melalui pemahaman konsep dasar kemanusiaan
5. Problematika
kebudayaan.
C.
TUJUAN
Dari
rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1. Menganalisis
manusia sebagai makhluk budaya
2. Menjelaskan
hakikat manusia sebagai makhluk budaya
3. Mengetahui
apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
4. Membedakan
antara etika dan estetika budaya
5. Menunjukkan
sikap hormat terhadap sesama manusia
6. Memberikan
contoh problematika kebudayaan
7. Serta
untuk memperoleh nilai tugas mata kuliah yang diberikan dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia
adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini ada
empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang
dimiliki makhluk tersebut sebagai berikut.
1. Alam
memiliki sifat wujud.
2. Tumbuhan
memiliki sifat wujud dan hidup.
3. Binatang
memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali hawa nafsu.
4. Manusia
memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal budi.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibanding dengan makhluk
yang lainnya. Manusia tidak hanya sekedar homo,
tetapi human (manusia yang
manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi
kemanusiaanya.
Kelebihan manusia dibanding makhluk lain
terletak pada akal budi.manusia mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan,
memperlakukam, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu
yang ada untuk kepentingan hidup manusia, baik dengan alam maupun manusia
lainnya. Untuk itu manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan
makhluk berbudaya.[1]
Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat
besar bagi manusia,sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu
hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2. Wadah
untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan lain.
3. Sebagai
pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda
manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku didalam pergaulan.
6. Pengantar
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.[2]
B.
APRESIASI
TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN
1. MANUSIA
DAN KEMANUSIAAN
Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai
yang berisi keharusan/tuntutan untuk berkesusaian dengan hakikat dari manusia.
Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau dalam arti persial.
Misalkan manusia dikatakan sebagai homo
economicus, homo faber, homo socius,
homo homini lupus, zoon politicon dan sebagainya.
Prinsip kemanusiaan mengandung arti
adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat yang luhur.
Semua manusia adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya
hanya karena perbedaan suku, ras, keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul
dan sebagainya. Dengan demikian, sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak
saling menindas, tetapi saling menghargai dan saling menghormati dengan pijakan
prinsip kemanusiaan.[3]
2. MANUSIA
SEBAGAI KEBUDAYAAN
Dalam bahas Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Dalam bahasa Belanda, culture bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau
bertani. Dengan demikian bisa kata budaya ada hubungan nya dengan kemampuan
manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan, dalam hal pertanian.
Definisi kebudayaan telah banyak di
kemukakan oleh banyak ahli. Beberapa contoh sebagai berikut:
a. Herskovits
memandang kebudaaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik
b. Andreas
Eppink menyatakan bahwa kebudayaan megandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan. Serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektualdan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c. Edward
B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang didalam nya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
d. Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e. Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya. [4]
Dari beberapa definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupansehari-hari,kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni dan lain-lainyang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
C.
ETIKA
DAN ESTETIKA BERBUDAYA
1. ETIKA
MANUSIA DALAM BERBUDAYA
Etika
pada umumnya membahas membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
predikat nilai sosial, atau tidak asusila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika
termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan etika itu sendiri berkaitan dengan baik
buruk perbuatan manusia.
Namun,
etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna
etika yaitu :
a. Etika
dalam nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika
dalam ariti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimksud di sini adalah kode
etik).
c. Etika
dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. Disini etika sama artinya
dengan filsafat moral.
2.
ESTIKA MANUSIA DALAM
BERBUDAYA
Estika
dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. estetika berkaitan
dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetika berati nilai tentang
keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit dan estetika
murni.
a. Secara
luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang baik
termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. [5]
b. Secara
sempit, yaitu indah yang terbataspada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan
warna)
c. Secara
setetik murni, menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan)
indah.
Sesuatu
yang estetik berati memenuhi unsur keindahan. Keindahan secara murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk,
warna, garis, kata, ataupun nada. Nilai ekstetika tidak bisa dipaksakan pada
orang lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah
lukisan sebagaimana pandangan kita. Nilai-nilai esteika lebih bersifat
perasaan, bukan pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia
sesungguhnya diupayakan untuk memunuhi unsur keindahan. Disinilah manusia
berusaha berestetika dalam berbudaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu
produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah
bagi masyarakat budaya lain. Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak
semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari
itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusiauntuk menghargai keindahan
budaya yang dihasilkan manusia lainnya.[6]
Untuk itu manusia dalam berbudaya
berkewajiban bersikap dan berperilaku yang halus, serasi, serta tepat dalam
mengamalkan nilai idea, aktivitas sosial, kebudayaan materi, dibidang
keyakinan, ilmu dan keterampilan, peralatan hidup, berorganisasi, bertutur kata
dan berkomunikasi, yang hidup dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. [7]
D.
MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI PEMAHAMAN KONSEP
DASAR MANUSIA
Manusia harus memiliki prinsip, nilai,
dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam dirinya. Manusia memiliki
perikemanusiaan, tetapi binatang tidak biasa dikatakan memiliki
perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi, sedangkan
manusia memiliki akal budi yang biasa memunculkan rasa atau perikemanusiaan.
Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku baik sebagai manusia.
Memanusiakan manusia berarti
perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan menghormati harkat dan derajat
manusia lainya. Memanusiakan manusia adalah tidak menindas sesama, tidak
menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan perilaku-perilaku buruk
lainnya.
Memanusiakan
manusia berarti pula perilaku memanusiawikan antarsesama. Memanusiakan manusia
memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri
akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia.
Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian,
dan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya,
sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga diri
dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia. sedangkan bagi
orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan
penderitaan, kesusahan, kekuatan, perasan dendam, dan sebagainya. Sedangkan
bagi orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan
penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya. [8]
Sejarah
membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan peperangan yang terjadi di
berbagai belahan dunia adalahkarena manusia belum mampu memanusiakan manusia
lain, sekelompok bangsa menindas bangsa lain.
Penjajahan tidak
sesuai dengan perikemanusiaan. Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi dicontohkan
dengan adanya kasus kekerasan terhadap para pembantu rumah tangga. Misalkan
seorang pembantu disiksa, tidak diberi upah, dikurung dalam rumah, dan
sebagainya. Para majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sikap dan
perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusiaan yang disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan
tidak membeda-bedakan kita dalam memperlakukan orang lain atas dasar warna
kulit, suku, agama, ras, asal, dan status sosial ekonomi. Kita tetap harus
manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakangnya, karena semua manusia
adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi
atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaiknya,
perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku
yang tidak manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan hidup manusia.
E.
PROBLEMATIKA
KEBUDAYAAN
Kebudayaan
yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia (masyarakat,
suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kelompok lain, yang
membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian
kebudayaan menjadi identitas dai persekutuan hidup manusia.[9]
Kebudayaan
yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup
manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal
adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
1. Pewarisan
Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan
adalah peroses pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian kebudayaan dari
generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya bersifat
vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan
datang.
Dalam hal pewarisan
budaya dapat muncul masalah antara lain: sesuai atau tidaknya budaya warisan
tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi penerima
terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak sesuai
lagi dengan budaya warisan.
2. Perubahan
Kebudayaan
Perubahan kebudayaan
adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian diantara
unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya
tidak sesuai bagi kehidupan yang dapat menimbulkan sebuah masalah.
3. Penyebaran
Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan
atau difusi adalah proses penyebarannya unsur-unsur kebudayaan dari suatu
kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat kemasyarakat yang lain.
Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke masyarakat
wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat Barat (negara-negara Eropa)
masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika). Globalisasi
budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas. [10]
Beberapa
Problematika Kebudayaan antara lain:
1. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan pandangan idup system kepercayaan.
Keterkaitan
orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini
sebagai pemberi berkah kehidupan.Mereka enggan meninggalkan kampumg halamannyan
atau beralih pola hidup sebagai petani.padahal umumnya miskin.
2. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan prinsip atau sudut pandang hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan laksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga
Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak
anak banyak rezeki.
3. Hambatan
budaya berkaitan dengan factor piskologi atau kejiwaan,
Upaya
untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan adanya mekhawatiran penduduk bahwa di
tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan mereka hidup di
tempat yang lama
4. Masyarakat
tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat
daerah-daerah terpencil yang kurang berkomunikasi dengan masyarakat luar,
karena pengatahuaan sangat terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima
program-program pembangunan.
5. Sikap
tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap
ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah
memililki secara turun-temurun.[11]
6. Sikap
Etnosentrisme.
Sikap
etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
Masing-masing
kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal, Yang terkadang
justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang
kebudayaan orang lain.
Sikap
etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang
lebih tinggi terhadap budaya lain.
7. Perkembangan
IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia,
sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan
tetapi dalam penggunaannya disalahgunakan yang justru menggangu kesehatan.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu, Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakankebudayaan baik dengan
alam maupun manusia lainnya. Untuk itu manusia dapat dikatakan sebagai pencipta
kebudayaan dan makhluk berbudaya.Budaya sendiri merupakan suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari
generasi ke generasi dan budaya yang dihasilkan manusia bergantung dari
paham/ideologi yang diyakini manusia pendukung budaya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmin
Tumanggor, Dkk, (2010),Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, Jakarta: Kencana
Elly
M. Setiadi, Dkk, (2007), Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, Jakarta: Kencana
Herimanto,
Winarno, (2013),Ilmu Sosial & Budaya
Dasar, Jakarta: Bumi Aksara
[1]Herimanto, Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), hlm. 18-20
[2]Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana, 2007), Ed.2. Cet.2, hlm. 38
[3]Herimanto, Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), hlm. 22-23
[7]Rusmin
Tumanggor, Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.40
[8]Herimanto,
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), hlm. 32
[11]Elly M.
Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana, 2007), Ed.2. Cet.2, hlm. 42
Komentar
Posting Komentar